Fakta Pradiabetes yang Perlu Kamu Tahu

Sejumlah Manfaat Kesehatan Teh Kunyit

Fakta Pradiabetes yang Perlu Kamu Tahu – GESITQQ – Pradiabetes (prediabetes) adalah kondisi gula darah seseorang melebihi batas normal, tetapi belum cukup tinggi untuk terdiagnosis sebagai diabetes. Kondisi ini juga dikenal sebagai gangguan toleransi glukosa.

“Wah, aman, dong, kalau begitu?” pikirmu.

Tidak juga! Dilansir WebMD, orang-orang dengan diabetes tipe 2 biasanya mengalami pradiabetes terlebih dulu. Maka dari itu, kamu harus tahu kondisi pradiabetes, terutama cara mengatasinya agar tidak berkembang menjadi diabetes yang bisa membawa komplikasi berbahaya.

Pradiabetes berbeda dengan diabetes tipe 2

Fakta Pradiabetes yang Perlu Kamu Tahu

Awam mungkin menganggap pradiabetes dan diabetes serupa, mengingat kadar gula darah keduanya di atas batas normal. Namun, sebetulnya keduanya merupakan gangguan kesehatan yang berbeda.

Berdasarkan laporan dalam jurnal “Diabetes & Vascular Disease Research” tahun 2014, pradiabetes adalah kondisi gula darah puasa (GDP) di atas normal (>100 mg/dL), tetapi masih di bawah kadar GDP diabetes 2, yaitu 125 mg/dL.

Menurut laporan dalam jurnal “Diabetes Care” tahun 2009 dan “The Lancet” tahun 2012, besar risiko pradiabetes untuk menjadi diabetes tipe 2 jika selama beberapa tahun terakhir terus meningkat dari rentang 8-15 persen, seiring dengan meningkatnya kejadian hiperglikemia (peningkatan kadar plasma glukosa darah di atas nomal). Fakta Pradiabetes yang Perlu Kamu Tahu

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dari Kementerian Kesehatan RI, prevalensi pradiabetes di Indonesia mencapai 26,3 persen dari populasi penduduk dewasa. Angka prevalensi tersebut dua kali lebih besar dari angka kejadian diabetes tipe 2.

Pradiabetes yang mengalami hiperglikemia dan tidak terkendali, berisiko mengalami diabetes tipe 2 di masa mendatang.

Penyebab pradiabetes

Fakta Pradiabetes yang Perlu Kamu Tahu

Dilansir Mayo Clinic, penyebab pradiabetes belum dapat diketahui dengan pasti. Namun, faktor genetik dan gaya hidup yang tidak sehat diduga kuat menjadi faktor risiko terbesar.

Banyak mengonsumsi makanan yang tinggi gula, malas atau tidak pernah olahraga, kelebihan berat badan, dan banyak timbunan lemak (khususnya di perut) bisa memicu diabetes.

Menurut Riskesdas tahun 2018, sekitar 6,6 persen dari penduduk dewasa di Indonesia yang mengalami pradiabetes adalah perempuan. Ini karena status post-menopause dikatakan berhubungan dengan risiko hiperglikemia.

Selain itu, faktor usia dan adanya kondisi sindrom polikistik ovarium (PCOS) juga dapat berkontribusi terhadap kondisi pradiabetes.

Pradiabetes membuat tubuh kita tidak bisa mengolah glukosa dengan baik, membuat gula menumpuk di dalam darah, sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya untuk memberikan energi ke sel-sel yang membentuk otot dan jaringan.

Kenali gejalanya!

Fakta Pradiabetes yang Perlu Kamu Tahu

Mengkhawatirkannya, pradiabetes sering kali tidak disadari oleh penderitanya karena cenderung tidak bergejala. Akibatnya, pradiabetes tidak mendapatkan intervensi yang dibutuhkan, sehingga pradiabetes bisa dengan mudah “naik kelas” menjadi diabetes tipe 2.

Nah, supaya kamu tidak mengalaminya, kamu wajib tahu apa saja gejala pradiabetes. Dikutip Verywell Health, pradiabetes biasanya menyerang dewasa dengan usia antara 40-60 tahun. Kondisi ini sangat jarang diketahui karena tidak adanya gejala yang jelas. Bahkan, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), 84 juta orang di Amerika Serikat mengalami pradiabetes, dan 90 persen di antaranya tidak menyadari kondisi tersebut.

Karena tidak adanya gejala, bahkan setelah diagnosis, kebanyakan orang tidak tahu pasti kapan mereka mulai mengembangkan pradiabetes. Kondisi ini bisa stabil selama beberapa tahun sebelum berkembang menjadi diabetes.

Dalam kasus langka, ketika pradiabetes menunjukkan gejala, efeknya biasanya hampir tidak kentara dan bisa dengan mudah terlewatkan atau dikira sebagai gejala kondisi medis lainnya. Tanda-tandanya itu adalah:

  • Rasa lapar atau haus yang berlebihan
  • Kenaikan berat badan
  • Kelelahan
  • Sering buang air kecil karena peningkatan asupan cairan untuk menghilangkan rasa haus (poliuria)

Baca juga : 10 Tempat Paling Angker di Indonesia