Astronom Ganti Nama Ultima Thule, Jadi Apa?

Astronom

GesitQQ, Astronom Ganti Nama Pada Januari lalu, wahana antariksa New Horizons berhasil terbang lintas dekat Ultima Thule,
sebuah objek di Sabuk Kuiper yang merupakan kembar dempet dan oleh para astronom diumpamakan seperti manusia salju.

Dikatalogkan secara resmi sebagai (486958) 2014 MU69, Ultima Thule ditemukan pada 26 Juni 2014 oleh para astronom. Mereka menggunakan teleskop antariksa Hubble sebagai bagian dari pencarian objek untuk misi New Horizons selanjutnya,
setelah berhasil terbang lintas dekat Pluto pada 2015 silam.

Tapi kini, objek tersebut tidak lagi bernama Ultima Thule karena para astronom telah menggantinya menjadi Arrokoth,
sebuah istilah yang berarti “langit” dalam bahasa Powhatan atau Algonquian.
Perubahan nama itu sendiri diumumkan pada 12 November.

“Nama ‘Arrokoth’ mencerminkan inspirasi saat melihat langit dan bertanya-tanya tentang bintang-bintang dan dunia luar. Keinginan untuk belajar tersebut merupakan jantung dari misi New Horizons,” ucap Alan Stern, Investigator Utama New Horizons dari Southwest Research Institute (SwRI), di Colorado.

Astronom Ganti Nama Ultima Thule

Menurut konvensi yang didirikan oleh International Astronomical Union (IAU), para penemu benda kosmik memiliki hak istimewa untuk menamainya. Tim New Horizons mendapat persetujuan dari perwakilan suku Powhatan sebelum mengusulkan nama Arrokoth ke IAU.

Seorang pendeta bernama Nick Miles dari suku Pamunkey yang merupakan bagian dari Konfederasi Powhatan asli, membuka upacara penamaan Arrokoth di markas NASA dengan diiringi lagu tradisional Algonquian GesitQQRegister.

Seorang astronom perempuan sedang mengamati bintang dengan teleskop. ( GesitQQ)

Arrokoth termasuk dalam jenis objek trans-Neptunus, yaitu benda-benda langit di tata surya yang mengorbit lebih jauh dari obit planet Neptunus. Objek ini diketahui berjarak sekitar 6,4 miliar kilometer dari Matahari.

Dalam pandangan yang diperoleh wahana antariksa New Horizons pada jarak 27.000 kilometer dari Arrokoth, objek tersebut tampak terdiri dari dua lobus besar. Lobus yang lebih besar memiliki diameter 19 kilometer dan lobus lebih kecil berdiameter 14 kilometer.

Baca Juga : Ilmuwan Bingung, Sistem AI Bisa Meramal Kematian

Para ilmuwan menjelaskan bahwa kedua lobus tersebut kemungkinan telah bersatu setelah pembentukan tata surya atau sekitar 4,45 miliar tahun lalu, 50 juta tahun setelah tata surya terbentuk.

Dilansir laman GesitLounge, data terbaru Arrokoth memberi para astronom petunjuk tentang pembentukan planet dan asal-usul kosmik.